Loading...
Saturday, September 17, 2011

Penyakit Hepatitis B

Bagi anda yang mempunyai keluhan penyakit hepatitis b dan sedang mencari solusi alternatif pengobatan alami hepatitis b, kini telah hadir obat herbal hepatitis b jelly gamat dan spirulina, jika anda ingin mengetahui alasan mengapa obat herbal atau obat tradisional hepatitis b jelly gamat gold-g sangat ampuh dan mujarab untuk menyembuhkan hepatitis b, silahkan anda simak artikelnya secara lengkap.
Mengapa Jelly Gamat Mampu Menyembuhkan Penyakit Hepatitis B?

Virus Hepatitis itu Telah Hilang Berkat Gamat
Sumber Trubus online Edisi: Minggu, 02 Juli 2006 17:07:11

Wiwiek Ady Pramesti tidak pernah menyangka kesibukannya bekerja mendatangkan penderitaan. Awalnya ia menganggap nyeri ulu hati yang beberapa kali menyerang adalah penyakit biasa. Makanya wanita bertubuh jangkung itu tak pernah memeriksakannya ke dokter. Toh hanya dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di apotek, penderitaannya bisa diatasi.

Suatu sore di pertengahan Maret 1997, Wiwiek tengah mengikuti rapat perusahaan. Tiba-tiba ibu 1 anak itu menelungkupkan kedua tangan ke bagian ulu hati. Ulu hati sakit sekali serasa dicabik-cabik, kenang Wiwiek. Tak hanya itu, tubuh Wiwiek menjadi lemas disertai perut mual-mual, kembung, demam, nyeri sendi, dan bengkak pada perut kanan atas semakin menjadi-jadi. Oleh teman-teman sekantornya segera ia dilarikan ke rumahsakit terdekat di Surabaya, Jawa Timur.

Betapa kagetnya Wiwiek ketika ahli medis memvonis dirinya mengidap Hepatitis-B. Hal itu terbukti seminggu kemudian timbul gejala utama hepatitis-B: bagian putih pada mata dan kulit seluruh tubuh tampak menguning, serta air seni berwarna seperti teh.

Coba herbal

Rawat inap selama sebulan penuh terpaksa dijalani Wiwiek. Obat-obatan yang diresepkan dokter pun harus ditelannya. Demi mempercepat kesembuhan, Wiwiek rutin melakukan terapi. Sayang, hasilnya belum maksimal. Rasa lelah, letih, dan lesu kerap menyambanginya. Meski kurang efektif dan menimbulkan efek samping, ibu kelahiran 22 April 1957 itu tidak bisa menolak asupan obat dokter. Jika tidak, risiko sering mual-mual, menggigil, dan pegal-pegal harus diterimanya.

Namun, lama-kelamaan Wiwiek bosan mengasup obat-obatan yang berefek mual sampai lemas itu. Dalam kebimbangan, ia memutuskan mencari kesembuhan lewat jalur alternatif. Pijat refleksi dari ahli di Desa Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi pilihan pertama. Seminggu 3 kali ia rutin bertandang ke Banyuwangi.

Ibarat melempar kelereng ke dasar danau, perlahan gelombangnya menghilang. Namun, kelereng masih tetap berada di dalamnya. Sama halnya dengan usaha Wiwiek memulihkan kesehatan. Setelah dipijat, kondisi tubuh menjadi prima. Tubuh jadi tegar, tapi virusnya masih ada di dalam, tuturnya. Belakangan ia terpikat pada ramuan herbal yang ditawarkan teman sekantornya. Ramuan dalam bentuk serbuk itu berasal dari rimpang temulawak. Temulawak direbus dalam dua gelas air sampai mendidih dan tinggal satu gelas. Rebusan temulawak di minum 3 gelas per hari. Hasilnya, dari bulan ke bulan ia merasakan perubahan. Kesehatannya meningkat drastis. Daya tahan tubuhnya membaik, tapi virus hepatitis enggan minggat dari tubuh.

Berkat gamat

Berdampingan dengan penyakit memang bukan pilihan menyenangkan. Sembilan tahun sebagai carier hepatitis dijalani Wiwiek. Selama itu pula hidupnya serasa tak berarti. Oleh karena itu, Wiwiek selalu berusaha mencari kesembuhan. Suatu ketika di penghujung September 2005 ia berjumpa dengan rekan lamanya di Semarang. Dari sanalah perkenalannya dengan gamat-sebutan teripang di Malaysia-berawal. Sejak itu Wiwiek mengkonsumsi gamat secara rutin.

Wiwiek yakin pilihannya kali itu tak meleset. Ia meneguk gamat 1-2 sendok makan 3 kali sehari tanpa didampingi konsumsi obat lain. Dalam hitungan minggu kondisi tubuhnya bertambah prima. Semangat beraktivitas terasa meluap-luap. Awal Mei 2006, noktah cerah kesembuhan mulai tampak di mata wanita 49 tahun itu. Hasil tes SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) normal di kisaran 15-17 IU dan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) pun beranjak stabil di angka 17-20 IU.

Demikian pula tes virus/antivirus. Virus hepatitis dalam tubuhnya dinyatakan negatif alias telah musnah. Kurang yakin, tes laboratorium di lain tempat pun dilakoni. Serasa mendapat keajaiban, hasil serupa Wiwiek dapatkan. Pantas bila konsumsi gamat tetap saja dilakukan sebagai wujud syukur.

Diresepkan dokter

Kisah kesembuhan Wiwiek Ady Pramesti itu sebuah keniscayaan. Dokter Hariadi yang dihubungi Trubus menjelaskan kandungan kolagen pada teripang memiliki kemampuan menyembuhkan hepatitis-B dengan cepat. Hal itu disebabkan teripang mampu melakukan regenerasi sel secara singkat. Menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro itu, gamat merupakan suplemen organik. Oleh karena itu, penyerapan dalam tubuh pun berlangsung lebih baik dan tidak menimbulkan efek samping.

Hal senada dijelaskan dr Merlyn di Surabaya. Hepatitis disebabkan oleh virus yang dalam jangka waktu 6 bulan sejak terinfeksi menjadi akut. Bila dibiarkan hingga 6 bulan berikutnya menjadi kronis. Virus masuk ke dalam sel hati dan secara bertahap merusak sel hepar itu. Gamat membantu memperbaiki fungsi hati secara tidak langsung. Apalagi ditunjang dengan makanan bergizi dan istirahat cukup, menjadikan perkembangbiakan virus dapat dicegah.

Jadi, bila ada obat yang bisa menghambat proses replikasi virus sangat disarankan, ucap Merlyn. Selama ini dunia medis mengenal interferon yang berfungsi memperbaiki hati. Meski di lapangan interferon sanggup mengurangi penderitaan akibat hepatitis-B sebanyak 40%, tapi kemampuannya memusnahkan virus masih kecil.

Khasiat gamat memang luar biasa. Kandungan hewan laut fi lum Echinodermata itu efektif mencegah kehadiran atau bahkan memusnahkan virus patogen. Berbagai pemeriksaan dokter itu menguatkan bukti empiris khasiat gamat menumpas virus hepatitis yang dialami Wiwiek Ady Pramesti. Pantas jika para dokter itu sepakat untuk meresepkannya. Lantunan kesembuhan para penderita hepatitis pun seakan menemukan sandaran baru, si penyembuh ajaib dari teripang jeli……

Spirulina Akhiri Sirosis

“Usia Anda tinggal 3 bulan.” Itulah vonis dokter yang mempercepat degup jantung Daniel. Hasil pemeriksaan dokter, Daniel positif sirosis hati. Sarjana kedokteran itu tak habis pikir dirinya mengidap sirosis. Maklum, ia tak pernah menderita hepatitis, penyakit yang lazim mengawali sirosis hati.

Diagnosis dokter benar-benar mencemaskan Daniel dan keluarganya. Apalagi dokter tak memberikan obat untuk mengatasi penyakit maut itu. Hanya vitamin dan suplemen yang diresepkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang anjlok.

Tak puas hasil pemeriksaan dokter di dalam negeri, Daniel diboyong ke salah satu rumahsakit di Jepang. Hasil diagnosis dokter mancanegara sama saja: sirosis dan mulai berkembang menjadi kanker hati. Untuk mencegah hal itu, dokter menyarankan agar hati yang sudah mengeras itu ditransplantasi alias dicangkok. Karena keterbatasan donor, hati yang rusak diganti dengan hati babon, sejenis primata.

Mendengar saran sang dokter, kontan saja Daniel sekeluarga menolak. Tak setuju dengan saran dokter di Jepang, Daniel diboyong ke Australia. Harapan sembuh kini ia sandarkan ke salah satu rumah sakit di Negeri Kanguru itu. Namun, lagi-lagi para dokter di sana menyarankan hal yang sama, yaitu pencangkokan hati. Serasa menemui jalan buntu, akhirnya Daniel kembali diboyong ke tanahair.

Maag

Penyakit ganas itu bermula dari rasa mual dan perih berhari-hari di perut Daniel. Sarjana kedokteran itu mengunjungi seorang dokter. Diagnosis sang ahli medis, Daniel mengidap maag. Mulai saat itulah—awal 1995—ia mengkonsumsi obat maag.

Meski berbulan-bulan mengkonsumsi obat maag, tak ada tanda-tanda membaik. Atas saran seorang rekan, alumnus salah satu perguruan tinggi di Semarang, Daniel meminum segelas susu kefi r per hari. Sayang, upaya itu tak membawa kesembuhan.

Setahun berselang, rasa mual yang diderita Daniel menghebat. Tak hanya itu, ia juga merasakan nyeri di ulu hati dan sering buang air besar. Nafsu makan hilang. Dalam hitungan pekan, bobot tubuh pria 57 tahun itu anjlok hingga 21 kg. Karena kekurangan nutrisi, Daniel kerap tak sadarkan diri. Ia tak bisa mengenali orang-orang di sekitarnya.

Melihat gejala itu, Daniel dibawa ke Rumah Sakit Elizabeth, di Semarang oleh istri dan Yohan, salah seorang anaknya. Hasil diagnosis dokter, pendarahan lambung. Karena penasaran, dokter pun melanjutkan pemeriksaan dengan alat pemindai ultrasonografi . Daniel terkena sirosis hati. Kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) mencapai 279 U/L dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) mencapai 160 U/L. Jumlah itu sangat tinggi dibanding kadar normal SGOT: 53 U/L dan SGPT: 0—41 U/L.

Spirulina

Rupanya kisah penderitaan Daniel tersiar hingga ke salah satu kolega di Thailand. Dari sana  rekannya mengirim sebotol kapsul spirulina berisi 100 kapsul. “Saya sudah tahu khasiat spirulina, tapi belum pernah mencobanya,” ujarnya. Karena berhasrat sembuh, ia pun rutin mengkonsumsi 10 kapsul berwarna hijau tua itu per hari.

Sebulan kemudian, kondisi Daniel membaik. Rasa mual perlahan sirna dan nafsu makannya mulai bangkit. “Semula saya hanya makan pisang. Ketika itu saya mulai bisa makan nasi,” kenangnya. Vonis dokter bahwa usianya pendek rupanya tidak terbukti.

Enam tahun Daniel bergelut dengan sirosis, selama itu pula ia mengkonsumsi spirulina. Penasaran dengan usia panjang yang diperolehnya, pada 2002 ia mencoba memeriksakan diri ke Rumah Sakit Elizabeth, yang dulu pernah merawatnya. Setelah diperiksa tes darah, hasilnya mencengangkan. Pada sampel darah Daniel tak satu pun ditemukan sel kanker.

Berisiko

Sirosis adalah kondisi jaringan hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut, seperti keloid yang sering terbentuk pada bekas luka. Aliran darah menuju hati terhambat. Akibatnya, fungsi hati terganggu. Padahal, hati berfungsi menetralisir racun dalam darah, membentuk senyawa yang berperan dalam kekebalan tubuh, dan memusnahkan kuman dari darah.

Menurut Prof Dr H Nurul Akbar SpPDKGEH, ahli hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sirosis tak hanya membayangi penderita hepatitis kronis. Mengkonsumsi makanan berbahan pewarna dan pengawet makanan beracun turut memicu sirosis. Penyebab lainnya yakni kurang gizi dan konsumsi alkohol.

Penderita sirosis hati biasanya mengalami gangguan produksi energi. Sebab, hati tak mampu  mengubah glukosa menjadi glikogen. Oleh sebab itu, diperlukan sumber energi lain yakni protein. Protein yang dapat digunakan adalah asam amino rantai cabang yang lazim terdapat pada protein nabati. Pasien penyakit hati paling baik mengkonsumsi tahu dan tempe. Sumber protein hewani seperti daging, telur, dan ikan, kurang baik lantaran mengandung asam aromatik yang menghasilkan amonia. Kadar amonia berlebihan menyebabkan koma hepatik.

Disarankan dokterDokter Suhenry Sastranegara, di Green Garden, Jakarta Barat, menyarankan mengkonsumsi spirulina kepada para pasien, khususnya penderita sirosis. Menurutnya, kandungan protein nabati spirulina 1,6 kali lebih tinggi ketimbang tempe. Hasil penelitian menyebutkan, 5,98% senyawa arginin dalam spirulina membantu detoksifi kasi—penetralan zat beracun—pada sirosis hati dan fatty liver.

Keampuhan spirulina memperbaiki kinerja hati telah dibuktikan K Morita dan T Matsueda, dari Fukuoka Institute of Health and Environmental Studies, Fukuoka, Jepang. Seperti dikutip Japan Journal Toxicology Environmental Health, mereka meneliti peningkatan kadar polychlorinated dibenzo-p-dioxins (PCDDs)—polutan pemicu kanker yang larut dalam lemak— pada feses tikus jantan.

Tikus percobaan itu diberi makanan yang mengandung 20% klorela, 20% spirulina, 2% klorofi lin, dan 2% klorofi lin ditambah 10% nasi beras tumbuk. Lima hari kemudian, tikus diberi asupan minyak bekatul yang terkontaminasi PCDDs dengan dosis 0,5 ml/4 g bobot tikus.

Setelah lima hari, kadar PCDDs feses tikus dianalisis dengan kromatografi gas beresolusi tinggi dan spektometer massa. Hasilnya, kadar PCDDs pada feses tikus yang diberi makanan yang mengandung 20% klorofi l, 20% spirulina, dan 2% klorofi lin, masing-masing 7,4, 7,1, dan 11 kali lebih tinggi ketimbang kontrol. Itu pertanda, kinerja hati tikus membaik sehingga mampu menetralisir PCDDs dan membuangnya lewat feces.

Bukti itu memperkuat dugaan Suhenry bahwa spirulina membantu proses detoksifi kasi. Zat  beracun penyebab sirosis, perlahan terkuras. Memang cara kerjanya membutuhkan waktu 6 tahun. Meski begitu, toh usia Daniel lebih panjang dari dugaan dokter. sumber majalah trubus.

Anda Memerlukan Jelly Gamat
Pesan Sekarang Juga !!!
Pembayaran Setelah Pesanan Anda Sampai !!!

0 comments :

 
Toggle Footer
TOP